Banyak pekerja di industri wisata Thailand menjadi pengangguran karena imbas pandemi covid 19 atau virus corona. Dengan jumlah kunjungan turis asing yang semakin sedikit, tempat tempat wisata di Thailand kekurangan dana untuk operasional. Hal itu juga terjadi di kamp kamp gajah di Thailand yang biasanya ramai akan turis asing.
Akibat kekurangan dana operasional, kamp gajah di Thailand memulangkan gajah ke habitat aslinya di hutan. Seperti dilaporkan Traveller.com.au , kamp gajah sudah mengirimkan 100 gajah ke rumah mereka di hutan. Para gajah ini harus berjalan sejauh 150 Km untuk tiba di habitat mereka.
Yayasan Save Elephant di Chiang Mai telah mempromosikan kembalinya gajah ke padang rumput yang lebih hijau di hutan. Yayasan ini mendukung permohonan penggalangan dana untuk memberi makan hewan yang masih bertempat di taman wisata, tetapi juga percaya bahwa baik bagi gajah untuk kembali ke habitat alami mereka di mana mereka bisa lebih mandiri. World Animal Protection yang berbasis di London mengatakan sebanyak 2.000 gajah jinak berisiko kelaparan karena pemiliknya tidak dapat memberi makan mereka.
Sejak bulan lalu, lebih dari 100 dari Chiang Mai kembali ke habitat mereka di Mae Chaem. Mae Chaem adalah desa desa tempat anggota etnis minoritas Karen hidup dan secara tradisional memelihara gajah. Pendiri Save Elephant, Saengduean Chailert mengatakan proyek untuk membawa pulang gajah yang menganggur diluncurkan sebagai tanggapan atas permohonan dari pemiliknya.
Ia mengajak gajah untuk dapat idup berdampingan dengan penduduk desa di komunitas ramah lingkungan yang berkelanjutan. Sadudee Serichevee memiliki empat gajah di distrik Mae Wang, Chiang Mai. Dia mengikuti pendekatan yayasan dalam membangun tempatnya sendiri dengan membawa gajah dari Mae Chaem ke Ban Huay Bong. Namun, niat baiknya tidak sejalan dengan pandemi virus corona.
"Awalnya saya pikir situasinya akan kembali normal dalam satu atau dua bulan. Pada akhir April, saya kehilangan semua harapan," kata Sadudee. Sadudee etuju untuk membawa gajah mereka kembali ke karena mereka tidak dapat lagi menanggung biaya bulanan mendekati 200.000 baht atau Rp 93 juta.